Festival Anak Desa 2025: Nandur Rasa

Di tengah deras arus modernitas, desa bukan sekadar koordinat geografis, melainkan rumah spiritual, tempat benih rasa ditanam, dirawat, dan dipanen dalam rupa kebersamaan. Dari desa, manusia belajar harmoni. Dari desa, manusia belajar kesederhanaan. Dan dari desa pula, kita diajak untuk percaya bahwa kemajuan tidak berarti meninggalkan akar, melainkan menyuburkannya.

Dengan semangat diatas anak desa di Purbalingga sepakat untuk mengadakan event Festival Anak Desa kembali pada tahun 2025, artinya ini event kelima kalinya. Mari untuk selanjutnya kita menyebut Festival Anak Desa 5 menjadi FAD 5. Yang akan dilaksanakan pada tanggal 10-12 Oktober 2025 di Bendungan Slinga Kaligondang Purbalingga.

Ada beberapa rangkaian kegiatan mulai dari Abentrampil Karawitan, Launching Buku, Menulis Desa, Srawung Krawuh, Dolanan Tradisional, Rupane Desa, Loka Karya, Desa Menari, Pasar Desa, Sinau Ginau, Panggung Pertunjukan hingga Foklorium.

Yang membuat menariknya lagi adalah illustrasi dari FAD 5 karya Aulia Nur Rifani. Seorang ilustrator lulusan Universitas Negeri Semarang jurusan Seni Rupa DKV yang tinggal di kota Purbalingga, tepatnya di Desa Slinga kec. Kaligondang. Illustrasi yang dibuatnya memiliki makna mendalam, seperti yang di rillis di instagram FAD 5.

Ilustrasi ini adalah cermin dari semangat Festival Anak Desa dengan tema Nandur Rasa, sebuah ajakan untuk menanamkan benih rasa, kreativitas, dan kebersamaan dalam tanah kehidupan desa.

Di dalamnya, wayang, tarian, dan lantunan musik tradisional hingga modern berpadu dalam satu harmoni, seolah menuturkan kisah masa lalu yang bertemu dengan denyut zaman kini. Gunungan berdiri sebagai lambang perjalanan, mengingatkan bahwa setiap rasa yang ditanam akan bersemi dan berbuah di kemudian hari.

Bendungan dan ikan weling, simbol khas Desa Slinga, hadir sebagai penanda akar tempat ini bertumbuh—alam, budaya, dan manusia yang saling merawat. Dari sana, mengalir air yang jernih, menyatukan seluruh elemen menjadi aliran ide, kreasi, dan rasa yang tak pernah berhenti.

“Nandur Rasa” adalah filosofi: setiap gerak tari, setiap nada, setiap kisah yang dituturkan, adalah benih yang ditanam bersama, untuk tumbuh menjadi pohon harmoni yang menaungi kehidupan desa dengan kebersamaan dan cinta.

Website |  + posts
Share sekarang, pahala belakangan!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top